Konsentrasi Urine, Mekanisme Pengenceran Urine, dan Uremia
Konsentrasi Urine, Mekanisme
Pengenceran Urine, dan Uremia
A. KONSENTRASI URINE
· Konsentrasi
urin diatur dari proses "Countercurrent Multiplication" yang
terjadi lengkung henle (medulla).
·
Terjadi
reabsorbsi ion : Na, K, dan Cl.
·
Konsentrasi
atau kepekatan urine mengacu pada jumlah zat terlarut yang ada dalam volume
urine yang di ekskresikan. Urine biasanya terdiri dari 94% air dan 6% zat
terlarut.
·
Konsentrasi
ion berlebih dapat menyebabkan pengendapan (batu ginjal).
·
Berat
jenis urine = ukuran konsentrasi dalam urine.
·
Protein
dan glukosa dapat mempengaruhi berat jenis urine.
·
Tes
urin dapat berupa :
1. Pemeriksaan Makroskopis
Pemeriksaan
yang dilakukan langsung dengan mata tanpa penambahan reagen atau zat kimia
tertentu. Pemeriksaan makroskopis meliputi pemeriksaan volume, warna,
kejernihan, dan bau.
2. Pemeriksaan Mikroskopis (Pemeriksaan
Sedimen Urine)
Termasuk
pemeriksaan rutin bertujuan untuk mendeteksi kelainan ginjal dan saluran kemih
serta memantau hasil pengobatan. Hasil yang ditemukan dapat berupa unsur-unsur
organik (seperti sel epitel, leukosit, eritrosit, oval fat bodies,
spermatozoa, dan mikroorganisme).
3. Pemeriksaan Kimia Urine
Mencakup
pemeriksaan glukosa, protein (albumin), bilirubin, urobilinogen, pH, berat
jenis, darah (hemoglobin), benda keton (asam asetoasetat atau aseton), nitrit,
dan leukosit esterase. Pemeriksaan kimia urine memberikan informasi mengenai
ginjal dan fungsi hati, metabolisme karbohidrat, dan asam-basa.
B. MEKANISME PENGENCERAN URINE
· Pengenceran urine dipengaruhi oleh ADH (anti duretik hormone yaitu hormone yang memengaruhi jumlah air dalam tubuh) dan aldosterone (hormon yang penting dalam menjaga konsentrasi elektrolit, seperti natrium dan kalium normal dalam darah dan dalam mengendalikan volume darah dan tekanan darah).
· ADH
dan aldosterone menyebabkan permeabilitas tubulus meningkat sehingga akan
meningkatkan reabsorpsi air.
·
Reabsorpsi
air yang naik menyebabkan volume urine menurun dan urine pekat.
·
Singkatnya,
ADH naik -> reabsorpsi air naik -> volume urine turun dan urine pekat.
·
Tapi,
jika ADH turun -> reabsorpsi air turun -> volume urine naik dan urine
encer.
C. UREMIA
·
Uremia
adalah kondisi ketika kadar urea dalam tubuh sangat tinggi sehingga menjadi
racun bagi tubuh.
· Uremia merupakan salah satu gejala utama dari gagal ginjal dan juga menjadi tanda tahap akhir penyakit ginjal kronis.
· Jenis Uremia dan Penyebabnya :
1. Uremia Prerenal
Kondisi
uremia yang disebabkan oleh mekanisme ginjal yang gagal sebelum proses filtrasi
terjadi oleh glomerulus. Misalnya karena adanya penurunan volume darah menuju
ginjal karena pendarahan atau dehidrasi, atau adanyalonjakan kadar protein pada
tubuh.
2. Uremia Renal
Kondisi uremia yang disebabkan oleh gagal ginjal kronis (karena glomerulonefritis, pielonefritis, diabetes mellitus, aterosklerosis, amiloidosis, penyakit tubulus ginjal, penyakit kolagen-vaskular) atau gagal ginjal akut (karena glomerulonephritis, hipertensi maligna, obat atau logam nefrotoksik, nekrosis korteks ginjal) yang menyebabkan ginjal gagal bekerja atau mengalami penurunan fungsi kerja sehingga unsur urea akan tetap bertahan dalam darah dan tidak bisa difilter dengan baik oleh ginjal.
3. Uremia Pascarenal
Kondisi
uremia yang terjadi akibat obstruksi (penyumbatan) saluran kemih di bagian
bawah ureter, kandung kemih, atau uretra yang menghambat sekresi urin. Obstruksi
bisa disebabkan oleh batu, prostat (untuk obstruksi leher kandung kemih atau
uretra), tumor, peradangan, atau kesalahan pembedahan. Hal ini menyebabkan urea
yang tertahan di urin dapat berdifusi masuk kembali ke dalam darah.
· Cara Mengobati Uremia :
1. Hemodialisis (Cuci Darah di
Luar Tubuh)
Suatu
prosedur dimana darah dikeluarkan dari tubuh penderita dan beredar dalam sebuah
mesin diluar tubuh yang disebut dialyzer. Prosedur ini memerlukan jalan masuk
ke aliran darah. Untuk memenuhi kebutuhan ini, maka dibuat suatu hubungan
buatan diantara arteri dan vena (fistula arteriovenosa) melalui pembedahan.
2. Dialisis Peritoneal (Cuci
Darah Lewat Perut)
Metode ini memanfaatkan selaput dalam rongga perut (peritoneum) yang memiliki permukaan luas dan banyak jaringan pembuluh darah sebagai filter alami ketika dilewati oleh zat sisa. Dilakukan dengan memasukkan selang kateter ke dalam rongga perut di daerah sekitar pusar. Kateter ini terhubung dengan kantung berisi cairan dialisat yang digunakan untuk mencuci darah penderita.
Berikut adalah file pdf dengan format kertas A5. Kamu bisa download, print, dan masukan ke binder kamu :)
Komentar
Posting Komentar