PENGUKURAN KOEFISIEN MUAI PANJANG DENGAN METODE OPTIK
LAPORAN PRAKTIKUM
PENGUKURAN
KOEFISIEN MUAI PANJANG
DENGAN METODE
OPTIK
Rizqi
Shaleh Syawaludin
C1401211018
ST09.2
Dosen
Penanggung Jawab Praktikum
Drs.
Sidikrubadi Pramudito, M. Si
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
IPB UNIVERSITY
2021
Tujuan
Parktikum
ini bertujuan menentukan koefisien muai panjang panjang logam tembaga, alumunium,
dan baja dengan menggunakan pengukuran perubahan panjang secara optik.
Teori Singkat
Pemuaian
adalah Penambahan kalor pada suatu zat padat seperti logam yang mengakibatkan
atom– atom pada zat padat akan bergetar sehingga jarak antar atom akan berubah
dan terjadi ekspansi atau pemuaian pada logam tersebut (Ilmi 2019). Pemuaian
panjang suatu benda dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu panjang awal benda,
koefisien muai panjang dan besar perubahan suhu (Inbanathan et al. 2007). Besar
pemuaian atau pengkerutan berbeda tergantung pada kisaran suhu tinjauan dan
jenis materi (Kane et al. 1997). Karena
kalor mempunyai sifat dapat berpindah ekspansi atau pemuaian pada logam
tersebut. Kalor yang tersimpan oleh
zat akan berakibat
zat mempunyai suhu
meningkat, dan hal ini membuat
jarak antar atom-atom
penyusun zat tersebut
berubah (Meiza et al.2017). Dalam
fenomena pemuaian termal, logam akan memuai jika dipanaskan dan pemuaiannya
berbeda-beda untuk jenis logam yang berbeda. Pemuaian panjang adalah bertambahnya
ukuran panjang suatu benda karena menerima kalor. Pemuaian panjang hanya
terfokus pada perubahan panjangnya saja. Berbeda dengan muai luas dan volume
yang memerhatikan juga perubahan panjang lebar dan tingginya.
Koefisien
pemuaian panjang adalah kecenderungan bagi perubahan panjang, luas dan volume
sebagai pengaruh dari perubahan suhu (Wulandari et al. 2015). Faktor yang menentukan besarnya pemuaian panjang
suatu jenis zat dinamakan koefisien muai panjang. Jenis zat seperti aluminium
mempunyai koefisien muai panjang sebesar 0,000024, tembaga 0,000017, dan baja
sebesar 0,000011. Semakin tinggi koefisien muai panjang logam, semakin besar
logam tersebut dapat memuai. Koefisien muai menggambarkan bagaimana ukuran dari
suatu perubahan obyek terhadap perubahan suhu (Serway et al. 2010). Bila temperatur berubah (∆π), maka perubahan panjang (∆πΏ)
sebanding dengan (∆π) dan panjang mula-mula (L). Secara teori, nilai
koefisien muai panjang pada baja yaitu, kuningan, intan, Alumunium, dan
sebagainya (Wulandari dan Radiyono 2015). Alat
untuk membandingkan muai panjang dari berbagai logam adalah musschenbrock. Koefisien muai panjang
disimbolkan atau dilambangkan dengan huruf Yunani πΌ,
dibaca “alfa”.
Data
Pengolahan Data
Pembahasan
Pengukuran
koefisien muai panjang dengan metode optik diterapkan pada tiga jenis logam
yang berbeda, seperti tembaga, aluminium, dan baja. Dalam setiap percobaan
ketiga logam ini diberikan suhu yang berbeda-beda sehingga logam tersebut
mengalami pemuaian. Berdasarkan data yang telah didapatkan terlihat bahwa
semakin tinggi suhu yang diterima oleh suatu logam maka akan semakin besar pula
perubahan muai panjangnya. Perubahan muai panjang tiap logam mempunyai nilai
yang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan selain dari faktor perubahan suhu dan
panjang awal, terdapat juga faktor dari nilai koefisien muai panjang. Urutan
perubahan muai panjang dari terbesar dialami oleh aluminium, tembaga, kemudian
baja. Walaupun perubahan suhu dan panjang awal ketiga logam sama, tetapi
masing-masing logam mempunyai nilai koefisien muai panjangnya tersendiri. Hal
itu menyebabkan perubahan panjang tiap logam berbeda-beda. Selain melihat data
pada tabel, dapat dianalisis pula hasil dari grafik yang dibuat untuk
masing-masing logam. Dari masing-masing grafik tersebut terlihat bahwa nilai
perubahan muai panjang meningkat seiring dengan bertambahnya suhu. Grafik
tersebut membuktikan bahwa perubahan suhu dapat mempengaruhi perubahan muai
panjang.
Data
yang didapatkan berasal dari percobaan ketiga logam dengan perlakuan yang sama.
Kemudian data dimasukkan ke dalam Microsoft
Excel untuk diolah. Hasil yang akan didapatkan dari pengolahan komponen ΞL terhadap ΞT dengan
menggunakan (=LINEST) akan dilanjutkan dengan perhitungan untuk mencari nilai
koefisien muai panjang (πΌ) dan
ketidakpastian muai panjang (∆πΌ). Koefisien muai panjang dapat dihitung dengan
membagi nilai komponen πΏπΞ± dan ∆πΏπΞ± terhadap πΏπ yang telah diketahui pada data. Komponen untuk
mengetahui nilai dari koefisien muai panjang adalah panjang awal benda (πΏπ),
perubahan panjang benda (∆πΏπ), dan besar perubahan suhu (ΞT). Perubahan panjang
muai dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti yaitu
panjang awal benda, koefisien muai panjang, dan besar perubahan suhu. Faktor
pengukuran perubahan panjang logam juga dapat memengaruhi persentase kesalahan
dari koefisien muai panjang. Pengaplikasian dari prinsip pemuaian sering
digunakan dalam pemasangan rel kereta api dan pemasangan kaca untuk jendela.
Simpulan
Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa logam tembaga,
aluminium, dan baja yang digunakan menunjukkan hasil perubahan panjang. Hal
tersebut menandakan bahwa jenis logam yang digunakan memengaruhi hasil
perhitungan pemuaian. Faktor lain juga memengaruhi perhitungan pemuaian,
seperti koefisien muai dan besar perubahan suhu. Koefisien muai panjang
aluminium lebih besar dari koefisien muai panjang tembaga dan baja.
Daftar Pustaka
Inbanathan SSR, Moorthy K, Balasubramanian G. 2007. Measurement and demonstration of thermal expansion coefficient. Journal Of Physics Teacher. 45(9): 566-567. doi: 10.1119/1.2809151.
Ilmi U. 2019. Studi rencana alat pengukur panas pada muai logam. Jurnal Teknika. 11(2): 1123-1126. doi: 10.30736/jt.v11i2.343.
Kane JW, Sternheim MM. 1997. General Physic. 2nd ed. New York: John Wiley.
Meiza N, Yulkifli, Kamus Z. 2017. Pembuatan set
eksperimen muai panjang digital berbasis mikrokontroler
atmega 328. Pillar of Physics. [diakses 2021 Nov 4]; 8:81- 88. https://docplayer.info/65634406-Pembuatan-alat-ukur-momen-inersia-benda-digital- menggunakan-sensor-optocoupler.html.
Serway RA. Jewet
JW. 2010. Fisika untuk Sains dan Teknik.
Jakarta: Salemba Teknika.
Tipler, Paul A. 1991. Fisika untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Erlangga.
Wulandari SP, Radiyono Y. 2015. Penggunaan metode difraksi celah tunggal pada penentuan koefisien pemuaian panjang aluminium (Al). Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika (JMPF). [diakses 2021 Nov 3]; 5(2):1-4. http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article=1413142&val=4060&title=PENGGUNAAN%20METODE%20DIFRAKSI%20CELAH%20TUNGGAL%20PADA%20PENENTUAN%20KOEFISIEN%20PEMUAIAN%20PANJANG%20ALUMUNIUM%20AL.
Komentar
Posting Komentar